Tempo hari, kakak ku menjalankan aksi shoppingnya di sejumlah mall yang ada di Makassar. Saya terheran-heran ketika kakakku menebar rasa gembiranya ketika pulang dari sana. Ternyata kakakku mendapat 'hadiah' dari sebuah perusahaan barang elektronik (entah nama perusahaannya apa). Tapi anehnya, hadiah yang didapatnya memiliki syarat tertentu. Pertama harus menyediakan uang muka minimal Rp.100.000 dan kedua harus membayar sejumlah uang. Kakakku telah memenuhi syarat pertamanya tetapi tidak dapat memenuhi syarat yang keduanya. Oleh karena itu hadiahnya juga tidak dapat diambil. Nah loh, apa maksudnya?
Hal serupa terjadi di mall yang berbeda ketika sekitar 4 bulan kemudian kakakku berencana untuk membeli sebuah 'peralatan wanita; di mall tersebut. Keduanya sama persis yaitu meminta uang muka sebesar Rp. 100.000 dan harus membayar sejumlah uang.
Ternyata begini alurnya. Orang/karyawan di perusahaan tersebut menawarkan sebuah hadiah yang dikatakannya 'gratis' orang orang-orang yang lewat di mall tersebut. Sebelum menawarkan hadiah tersebut, ada beberapa pertanyaan introgasi yang dirangkaikan dengan basa basi yaitu menanyakan nama, alamat, status (lajang/menikah), pekerjaan, dan hal-hal yang tidak umum seperti disini hanya kost atau tinggal bersama orang tua, apa pekerjaan orang tua dsb, Setelah itu, katakanlah si pelaku mengambil satu blok kartu (dari dua blok kartu yang tersedia di meja) dan menaburkannya di atas meja. Katakanlah si Korban disuruh untuk mengambil salah satu kartu tersebut. Dan siapa sangka kalau si korban mendapat Golden Card (Kartu VIP). Si Pelaku dengan ekspresi kaget lalu memberi tahu si korban kalau kartu VIP tersebut hanya terdapat di Surabaya, bukan di Makassar. Si Pelaku kemudian menelfon seseorang (katakanlah pimpinannya) dan pimpinannya berkata kepada si Korban bahwa apakah korban tidak bekerjasama atau bermain uang dengan karyawan? dan menyakinkan bahwa hadiahnya memang benar seharusnya berada di Surabaya, bukan di Makassar.
Kemudian, pelaku memberitahukan kepada korban kalau korban mendapatkan sebuah AC Duduk, satu set peralatan panci dan kompor gas mata satu. Semua seharga 13 Juta rupiah, tetapi korban hanya diberi diskon (dengan asumsi memiliki kartu VIP) dan hanya membayar sekitar 3 Juta. Uang muka minimal sebesar 100.000 dan sisanya dibayar 2 hari kemudian.
Anehnya, hal tersebut terjadi bagi orang-orang yang memiliki biodata dengan tingkat kualitas tinggi. Setelah kakak ku meneliti, ternyata orang-orang dengan data yang mapan, misalnya ayahnya bekerja sebagai Polisi/Pengusaha/Wiraswasta, ibunya bekerja sebagai Pegawai Negeri/Pekerjaan lain yang memiliki upah yang tinggi pasti akan mendapatkan Golden Tiket (VIP). Hal ini serupa dengan teman ku yang memiliki biodata dengan tingkat kualitas tinggi (Ayah dan Ibunya pegawai negeri). Orang-orang yang dianggap memiliki biodata tingkat kualitas rendah sangat dipastikan tidak akan mendapatkan Golden Tiker (Kartu VIP) karena mereka diberikan tumpukan blok kartu yang berbeda (Dipastikan dua tumpukan blok kartu tersebut sudah diatur sedemikian rupa, misalnya disebelah kanan semua kartu VIP dan disebelah kiri tidak ada sama sekali Kartu VIP).
Penelitian kakak ku berlanjut ketika si Pelaku menelfon pimpinannya. Ada seseorang laki-laki yang terlihat mendadak kabur ketika si Pelaku menelfon Pimpinannya. Disini kecurigaan muncul kembali, jangan-jangan lelaki tersebut menyamar sebagai pimpinan. Oleh karena itu kakakku memperhatikan baik-baik suara dan logat bicara lelaki tersebut. Ketika kakak ku selesai menerima telepon, lelaki tersebut mendadak muncul kembali dan menyapa si Pelaku. Ternyata suara dan logat nya sama dengan di telfon tadi :)
Beberapa kecurigaan diatas mungkin bisa saja menjadi tolak ukur penipuan atas menangnya sebuah hadiah yang dikatakan 'gratis'. Tapi tidak semestinya Pelaku membohongi si korban dengan cara yang menurut saya cukup 'licik'. Saya rasa trik marketing juga tidak mengajari cara berbohong yang lihai melainkan cara meyakinkan kalau produk yang ditawarkan sangatlah bagus dan murah. Bukan begitu?
ya kan tinggal bilang ndak punya duit, lalu pergi dari tempat itu.
ReplyDeletekan kalau meninggalkan tempat itu ga akan disuruh bayar kok =)) maceku pernah alami ini, begitu mulai aneh2 langsung ki keluar. akhirnya dia diomel2i tapi dikasih ji juga 1 mug haha..
@ rara
ReplyDeleteSama dengan kejadian bapaknya temanku. Pegawainya dimarah-marahin akhirnya dikasih jam dinding :). Maap tadi postingannya ada yang terpotong. Udah disambung lagi kok :)
Di Jakarta juga banyak, bahkan biasanya memebrikan Ballpoint atau Mug atau bahkan boneka dan dibilang gratis.
ReplyDeleteTinggal ambil hadiah gratisnya, ucapin terima kasih dan pergi :)
saya biasanya nggak menggubris kalau ditawari yang beginian...
ReplyDeletenggak masuk akal aja....
model begini banyak versinya, saya pernah dapat selebaran di jalan yang isinya saya menang barang. Tapi mesti di tebus sejumlah uang. Ujung-ujungnya kita nyicil barang...
ReplyDelete