.

Sunday, April 14, 2013

Flyover, Kantor, dan Rumahku

Komunitas Blogger Makassar, Anging Mammiri kembali mengadakan ajang yang keren, 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, yang dimana ajang tersebut memacu kita, para blogger, untuk kembali semangat menulis di blog setiap minggunya selama 8 minggu. Tiap minggu, Angingmammiri membuat tema khusus sebagai acuan penulisan di blog. Yah, saya sangat excited dengan ajang ini, karena dengan adanya tema, maka penulisan di blog akan terarah dan secara tidak langsung, blog ini akan senantiasa terupdate dari minggu-keminggu. Bukan cuma memacu semangat aja, ada pula hadiah yang ditawarkan untuk para pemenang yang telah memenuhi kriteria dan kualifikasi yang dinilai langsung oleh juri. Wow. Oleh karena itu, untuk kali ini, saya nyatakan tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama. Kali ini saya akan bercerita tentang sekitar rumahku, yakni Flyover, Kantor, dan Rumahku.

Yah, sampai saat ini saya masih menetap di kediaman orang tua saya, tepatnya di Jl. Urip Sumoharjo Km. 4 Makassar. Rumahku ini (baca: rumah orang tua) berlokasi di tempat yang sangat strategis, dimana merupakan jalan raya poros. Berbagai jenis angkutan umum lalu lalang di jalan ini. Disamping itu, jalanan ini merupakan lokasi didirikannya Kantor Kejaksaan Tinggi Sul-Sel (Kejati), Sekolah dan Universitas ("45" dan UMI), Kantor Smartfren, Gedung Graha Pena (Grapari Telkomsel, STIMED Nusa Palapa, dan sebagainya), ATM Center, Masjid, dan tentunya jalan layang satu-satunya yang ada di kota Makassar, Flyover. Karena banyaknya bangunan, tak heran beberapa kenalan baru saya sempat tak percaya kalau saya tinggal diwilayah ini, karena secara umum, tempat ini tidak dikenal sebagai tempat pemukiman.

 Penampakan rumahku dilihat dari Google Maps (2013)

Mungkin saya akan banyak bercerita tentang sejarah lokasi di sekitar rumahku ini. Daerah yang dulunya asri ini (sebelum dibangun flyover dan gedung Graha Pena) sekarang menjadi kurang asri lagi. Pohon-pohon besar kini tak ada lagi, sehingga kurang memberikan kesejukan. Ditambah pekaranganku yang dulunya taman yang ditumbuhi pohon jambu dan delima pun akhirnya lenyap karena pelebaran jalan flyover. Tetapi ada satu hal yang tak berubah, yaitu tidak terjadinya banjir di sekitar rumahku. Alhamdulillah di daerah sini tidak pernah terngenang air jika jika hujan deras. Selokan yang dulunya cukup besar, kini diganti dengan gorong-gorong yang sama-sama dapat diandalkan untuk menampung air agar daerah daratannya tidak tergenang air.



 
Foto bersama saudariku (sekitar tahun 2006). 
Grahapena masih tahap pembangunan (lihat di belakang sebelah kanan)  
dan belum ada pelebaran jalan

Sebelum ada flyover, jalanan di sekitar rumahku cukup besar sehingga tak jarang pula kecelakaan lalu lintas terjadi. Dulu saja, ada mobil yang sampai masuk ke selokan rumahku. Pernah juga terjadi kejadiaan naas yang menewaskan beberapa orang karena tabrakan antara mobil dan sepeda motor. Sekarang, setelah dibagunnya flyover, tingkat kecelakaan lalu lintas di depan rumahku sudah jarang terjadi. Pelebaran jalan karena pembangunan flyover tidak berdampak buruk pada tingkat kecelakaan lalu lintas dengan asusmsi semakin besar jalanan, maka semakin besar pula tingkat kecelakaan lalu lintas. Pelebaran jalan tidak membuat aspal semakin lebar karena adanya taman flyover sebagai pembatas jalanan satu arah sehingga kendaraan dapat berjalan teratur. Tetapi timbul resiko kecelakaan lainnya, yaitu kecelakaan yang terjadi di flyover tepat di atas jalan layang tersebut. Jalanan flyover tidaklah lurus melainkan agak sedikit bengkok, sehingga penah terjadi kecelakaan yang dialami siswa SMK yang tak melihat lekukan tembok flyover dan katanya sampai jatuh di bawah jalan. Ada juga orang yang putus cinta dan berniat mengakhiri hidupnya terjun di atas flyover. Untungnya cepat ditangani oleh paramedis, sehingga nyawa orang tersebut selamat.

Flyover yang dipotret dari teras rumahku

Oke sekarang berbicara tentang kantor. Rumahku dikelilingi oleh banyak kantor, sehingga pembangunan rumah kost di belakang rumahku sangatlah tepat. Di sebelah utara rumahku tentunya jalanan flyover dan kantor Graha Pena. Di sebelah barat, selatan, dan timur rumahku adalah kantor Kejati. What mean? Yeah, rumah saya diapit oleh kantor Kejati :D. Kejaksaan Tinggi yang dulunya cukup kecil (bahkan pohon mangga katanya yang ditanam nenekku waktu kecil di pekarangan kantor kejati ini, sampai sekarang masih ada) sebenarnya tidak mengelilingi rumahku. Dulunya, disebelah barat rumahku adalah lahan kosong yang beberapa tahun tak terurus. Lahan kosong tersebut pernah juga di tumbuhi pohon tebu yang merupakan makanan saya waktu kecil (jadi bingung, tebu di makan  atau minum ya? XD). Jadi beberapa saat kemudian, kejati ingin memperluas daerah kekuasaannya sehingga lahan inipun dibeli. Kejadian magispun menimpa kakakku yang kerasukan gara-gara pihak kejati tidak "izin" kepada makhluk halus (red.). But, Alhamdulillah kejadian tersebut tidak berlangsung lama, sampai akhirnya makhluk halus itu 'migrasi' ke tempat lain. Kejati saat ini pun sudah merenovasi bangunannya seperti hotel berbintang dan sepertinya sekarang lagi membuat basemant untuk parkiran kendaraan. Mungkin ini teguran masyarakat kepada Kejati yang kadangkala membuat jalanan macet, karena dulu parkiran kendaraan para pegawai (terutama yang bermobil) di pinggir jalan sehingga macet pun menjadi kondisi sehari-hari di wilayah ini.

Penampakan Rumahku yang diambil dari atas flyover.

Well, dua bangunan besar yang ada disekitar rumahku membuat rumahku ini mudah terdeteksi, belum lagi bagunan penting yang ada disekitarnya. Karena sekitar rumahku kebanyakan bangunan perkantoran, maka unsur kebersamaan dan kegotongroyongan antar-tetangga sangat jarang terjadi. Bagaimana tidak, jarak antara rumahku dengan tetangga cukup jauh. Apalagi ditunjang dengan kesibukan masing-masing individu. Hal inilah yang menyebabkan niat untuk pindah bermukim di tempat yang lebih nyaman.

Beginilah kondisi dan keadaan di sekitar rumahku. Tawaran Kejati untuk membeli lahan rumahku ini sering kali terjadi. But, karena rumahku ini punya sejarah yang cukup panjang (mengingat bapakku lahir dan tinggal dirumah ini yang dulunya gubuk kecil), apalagi letaknya yang strategis maka tawaran tersebut dipertimbangkan dengan matang-matang. Rencana kedepan, jika rumah ini tak dapat dipertahankan lagi, maka orangtuaku berencana akan membeli rumah dengan suasana yang berbeda, jauh dari keramaian dengan tetangga yang sosialis.


Share:

8 comments:

  1. sempat heran baca ada bbrpa orang korban flyover...atau sy yg gak update berita yagh...hahaha
    ehh baru tau klo makhluk halus jg bisa migrasi...hahahaha ^^V

    ReplyDelete
  2. saya dulu berkantor di depan Fly Over. di Gedung Keuangan.. pasti tahu lah...

    salam kenal

    ReplyDelete
  3. Deretan situ ada penjual coto kan ya?

    ReplyDelete
  4. Diapit perkembangan zaman

    Huufftt flyover di sayang ..flyover di caci...

    Pasti sering liat demo.. Kayakx flyover sering digunaiiinn tu buat demo

    ReplyDelete
  5. @Gunawan Haruna : Hihihi.. dibagian mana terharunya masbro?

    @Al-Gazhaly Hamzah : Yah, beberapa berita tidak terpublish di publik.

    @molen : Oh ya? Salam kenal juga.

    @Kirman : Bener, pemilik cotonya itu masih satu keluarga dengan bapakku. Hehehe...

    @Ferdy Syarlin : Bener, sering banget dijadikan sasaran demo. Kadang juga tersiksa dengan gas airmatanya pak polisi yang kadang masuk sampai dalam rumah.

    ReplyDelete
  6. Wah tidak enak juga ya tinggal dipinggir jalan raya gitu, pastinya jauh dari tentangga

    ReplyDelete
  7. @Catcilku : Bener, ada enak ada yang enggak enaknya

    ReplyDelete

Ada yang mau berkomentar ???
Berkomentarlah, Sebelum Berkomentar Itu Dilarang

Navigasi Blog

Buka Semua | Tutup Semua

Recent Posts

Definition List

buah artikel telah ditulis
buah komentar masuk

pengunjung online.